Menceburkan Diri ke Dalam Lautan Masalah
KATA masalah atau
persoalan bagi sekelompok orang merupakan kata yang "menakutkan".
Terbayang dalam pikirannya situasi yang tidak menentu yang bisa
mengganggu kenyamanan dirinya. Tapi bagi sekelompok yang lainnya, kata
masalah disimbolkan sebagai sesuatu peluang di dalam pikirannya, karena
dengan datangnya masalah berarti dirinya tengah diuji dengan salah satu
bentuk soal yang harus dijawab.
Tingkat kesulitan soal tersebut
menentukan grade kita dalam salah satu mata kuliah kehidupan ini.
Semakin sulit, maka akan semakin advanced level mentalitas kita dalam
hidup ini, sementara bila masalahnya biasa-biasa saja, sama saja dengan
siswa SMA mengerjakan soal-soal ujian anak kelas 6 SD, mudah dijawab,
tapi tidak memberikan peningkatan kualitas dirinya. Jadi, apa inti
masalah dalam sudut pandang orang-orang sukses?
Kita tahu,
sebilah pedang atau golok untuk menjadi pedang yang indah dan tajam,
awalnya dari sebatang besi yang harus melalui proses pemanasan dalam
suhu yang sangat tinggi sampai membara, kemudian dipukul berkali-kali
sampai membentuk pedang. Tanpa dipanaskan, tidak mungkin besi batangan
akan menjadi pedang yang indah dan tajam.
Demikian halnya peralatan
rumah tangga yang dibuat dari kayu jati yang indah, apakah kursi,
buffet, mebeul, meja, awalnya adalah kayu gelondongan yang tidak
memiliki bentuk. Oleh pengrajin digergaji, dibuang bagian-bagian yang
tidak bermanfaat, digosok-gosok dengan ampelas sampai halus, diukir,
dirakit menjadi barang rumah tangga yang indah dan mahal harganya. Bahan
baku yang bagus, pengolahan yang baik akan menghasilkan kualitas yang
bagus dan harganya yang tinggi.
Sementara bahan baku yang kurang baik, pengolahannya asal-asalan, harganya juga bisa-biasa saja.
Cerita
di atas bisa juga diterapkan untuk manusia. Bila kita ingin menjadi
manusia yang berkualiktas dengan harga tinggi, maka harus berani
membayar dengan harga tinggi pula dalam melalui proses "pencetakan" SDM
berkualitas. Anggap saja kita ibarat sepotong besi yang belum memiliki
bentuk, api yang membara ratusan derajat celcius ibarat beratnya beban
persoalan hidup yang menghimpit dan terjadi sehari-hari dan pedang yang
bagus adalah mentalitas matang, pantang menyerah dan keterampilan yang
tinggi dalam mengelola hidup ini. Dengan demikian, bila ingin menjadi
manusia berkualitas maka secara sengaja kita harus menceburkan diri ke
dalam lautan persoalan yang lebih banyak –bukan hanya persolan-persoalan
kecil yang datang kepada kita—tapi sengaja kita mencari persoalan tadi.
Dengan catatan, di tengah banyaknya persoalan tadi kita mengurai benang
persoalan satu per satu sampai semuanya tuntas, dan tidak mundur
sebelum selesai. Setelah menyelesaikan persoalan yang satu, cari lagi
persoalan yang lain yang lebih berat, demikian terus menerus dilakukan
tiada henti. Bila mengacu kepada analogi di atas, ketika terus menerus
berltih menyelesaikan persoalan maka kita sudah memiliki pedang-pedang
yang tajam dalam jumlah banyak, golok, kelewang, celurit atau bahkan
senjata lainnya untuk memudahkan jalannya hidup. Bagaimana kalau kita
tidak memiliki alat atau senjata sementara kita hidup di tengah hutan
belantara? Bisa dibayangkan, kondisinya jauh lebih sulit bila
dibandingkan dengan memiliki senjata yang lengkap.
Senjata dalam
hidup memang tidak terlihat seperti pedang. Tapi bisa dibedakan siapa
yang memiliki senjata yang lengkap dan siapa yang tidak dalam mengarungi
hidup ini ketika benar-benar menghadapi situasi krusial.
Senjata-senjata manusia yang harus dimiliki adalah, mentalitas pantang
menyerah, ulet, disiplin, kesabaran melalui proses, kejujuran dalam
berkata dan bersikap, optimis menghadapi semua kondisi yang terlihat
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bila senjata-senjata itu terus
dipelihara, dipertajam, dan digunkan setiap saat, maka manfaatnya akan
langsung kita rasakan. Sebaliknya, bila senjata-senjata yang dimiliki
tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin, bisa jadi akan menjadi karatan,
tumpul dan akhirnya menjadi besi biasa yang hanya laku di mata tukang
lowak yang berkeliling dari rumah ke rumah yang harganya sangat-sangat
murah.
Jadi, untuk apa mengeluh kalau menghadapi persoalan.
Lebih baik persoalan tersebut diajak dialog, mengapa persoalan itu
datang, apakah manfaat yang menyertai persoalan tersebut dan yang lebih
penting lagi bagimana solusi atau cara menyelesiakannya dan sisi positif
apa yang menyertai persoalan tadi. Alhasil, bila persoalan dilihat dari
sudut pandang yang berbeda, maka akan memunculkan kreatifitas yang
cukup tinggi bagi si penemunya. Mungkin Edison tidak akan menemukan
lampu pijar listrik kalau ia tidak penasaran melakukan eksperimen,
kendaraan tidak akan ditemukan kalau kita merasa puas dengan jalan kaki
atau naik kuda, dan lain-lain. Masalah, bagi orang kreatif dan positif
thinking adalah peluang. Karena dari sana dituntut untuk menemukan
jawaban untuk mengatasinya. Berbeda dengan watak orang pesimis, masalah
yang datang bisa menciutkan nyalinya untuk mencoba sesuatu yang lain
yang lebih menantang, atau masalah diibaratkan sebagai penghalang untuk
mencapi tujunnya.
Berbahagialah kalau dalam kehidupan
sehari-hari masih menjumpai masalah. Carilah hikmah di balik sesuatu
yang tidak mengenakkan.
Garam akan terasa asin kalau langsung
mengunyahnya, tapi akan melezatkan masakan kalau komposisinya tepat oleh
juru masak yang lihai. Gula pun bila langsung dimakan akan muncul sakit
perut, tapi kalau dituang ke dalam air panas ditambah sedikit teh atau
kopi, aromanya akan sangat menggoda. Hidup ini lebih banyak dibutuhkan
banyak seni dalam menghadapinya. Tidak cukup hanya mengetahui ilmu
hidup. Seni artinya seperti juru masak, satu jenis masakan dibutuhkan
garam yang banyak, tapi masakan yang lain hanya butuh sedikit garam.
Bagaimana
kita tahu apakah satu masakan butuh lebih banyak garam daripada masakan
lainnya? Banyak-banyaklah belajar memasak, nanti Anda tahu sendiri
bagaimana menghasilkan masakan yang lezat. Banyak- banyaklah mencoba
resep-resep yang ada kalau kita ingin menjadi juru masak handal.
Kita
adalah "juru masak" untuk kehidupan kita sendiri. Kalau ingin mahir,
maka harus sering latihan mencoba resep-resep kehidupan ini yang pernah
dicoba orang lain. Karena belum tentu resep orang lain yang bagus, akan
langsung bagus ketika dicoba hanya sekali oleh kita.
Dibutuhkan
latihan yang sering, terus menerus sampai resep-resep tersebut terasa
enak. Bahkan tanpa disadari, suatu ketika, kita akan menciptakan
resep-resep baru, original buatan kita sendiri yang akan diikuti dan
dicoba oleh ribuan orang. Bila resep kita terbukti dirasakan enak oleh
orang lain, jangan kaget kalau banyak orang mencari kita untuk berguru
dan bertanya bagaimana sampai resep tersebut terasa enak.
đồng tâm
BalasHapusgame mu
cho thuê nhà trọ
cho thuê phòng trọ
nhac san cuc manh
số điện thoại tư vấn pháp luật miễn phí
văn phòng luật
tổng đài tư vấn pháp luật
dịch vụ thành lập công ty trọn gói
Nếu không phải Sở diêm vương quỷ kế đa đoan, khiến cho hai vị vương tọa Kim Mã Kỵ Sỹ đường một chết một tàn phế, mất đi hai người tọa trấn đại cục, thì lần này đối phó Mạnh Siêu Nhiên, ít nhất cũng có thể xuất động một vị vương tọa. Vậy thì làm sao có chút sơ hở nào.
Nhưng bây giờ, cao nhất cũng chỉ có thể xuất động cửu phẩm võ tôn! Hết thảy có thể nói đều là do Sở diêm vương gây ra!
"Gần nửa năm qua, mạng lưới tình báo ở Thiết Vân thành quá nửa đã rơi vào tay giặc! Một vị vương tọa mất mạng, một vị vương tọa tàn phế! Gần năm mươi cao thủ cấp bậc thống lính của Kim Mã Kỵ Sỹ đường, chết ở Thiết Vân thành!" Đệ Ngũ Khinh Nhu khẽ nói: "Ngay cả số một, cũng táng thân ở đó. Ngay sau đó, hành động đối phó Mạnh Siêu Nhiên Thiên Ngoại lâu cũng sắp thành lại bại!"
Cảnh Mộng Hồn cúi gằm mặt xuống.
Đệ Ngũ Khinh Nhu lại chậm rãi nói tiếp: "Kim Mã Kỵ Sỹ đường, nửa năm nay chấp hành nhiệm vụ, không có một lần thành công!" Thanh âm của hắn uy nghiêm, lạnh lùng.
"Lần này, Vấn Thiên kiếm và Hoàng Tuyền đao... Hi vọng Kim Mã Kỵ Sỹ đường sẽ không để ta thất vọng!" Đệ Ngũ Khinh Nhu ôn hòa nói: "Cảnh vương tọa, ngươi cần phải phí thêm chút tâm tư đó."
"Rõ!" Cảnh Mộng Hồn lớn tiếng đáp ứng.