Powered By Blogger

SALAM ..... SELAMAT DATANG / WELLCOME . .

Barack Zone / Kaum Kucel

November 17, 2010

cahaya diatas ketakutan


*_jika memang begitu, dimanakah triggernya? lingkungan, orang lain, diri sendiri?

#_triggernya? kayaknya Vendy dan Rara udah membicarakan hal yang berbeda, deh… tapi kayaknya, kedua macam takut yang dibicarakan Vendy dan Rara sumbernya satu: penghayatan pribadi si individu.

*_maksud trigger disini adalah untuk bertanya soal ini -> “apakah pilihan apa yang ingin dia ambil; apakah menurut ia hidupnya telah cukup ”
tidak semua orang bisa mencapai tahap untuk bertanya kepada diri sendiri secara alamiah kan? ^^

@_“Ini terjadi pada saat ia merasa semua yang ada dalam hidupnya telah hilang”
 Istilah yang digunakan Frankl adalah existential vacuum atau kehampaan eksistensial. Banyak orang masa sekarang yang merasa hidupnya hampa, tidak bermakna, tanpa tujuan, tanpa arah, dan seterusnya. Ini berkaitan dengan pengalamannya ketika berada di kamp konsentrasi Nazi. Kalau makna adalah apa yang manusia hasratkan, maka ketidakbermaknaan adalah kehampaan dalam kehidupan manusia. Ketika kehampaan menyergap manusia, ketika manusia mengalami kekosongan, maka apapun bisa mengisinya..

@_masalah eksistensi enggak hanya berkaitan kita terganti oleh orang atau benda lain, tapi juga kita terlalu larut sama lingkungan sekitar sehingga jadi kehilangan keunikan yang membedakan kita dengan manusia lain.

*_bukannya ketakutan itu terlahir atas dasar ketidaktahuan kita akan pertanyaan seperti “dari mana kita datang dan kemana kita akan pergi?”
kalau saya boleh ngeyel dikit, eksistensi agama bisa memberi jawaban atas pertanyaan seperti itu, yang selalu berantem dengan science, karena enggak semua orang bisa terpuaskan dengan satu macam jawaban saja…

v
v
v
Hmmmm.. bisa jadi. Kalau kata Heidegger, manusia itu ‘terlempar’ ke dunia (Geworfenheit) ke dunia. Artinya, manusia itu enggak pernah ditanya ‘lu mau lahir ke dunia apa kagak?’ tapi kita ‘ada-begitu-saja’ di dunia..

*_kemarin saya sempat terpikir, kalau memang ada Mastermind dibalik semua kelahiran di dunia, saya sedikit nakal dengan bertanya, siapa yang memberi kelahiran sang Mastermind? ada begitu saja?
well, kalau didengar para rohaniawan, pastinya saya akan kena damprat omelan “Jangan berani tanya tentang hal itu!

@_Wah, Mastermind, pertanyaan tingkat tinggi tuh.. karena gue pun sedang mencari itu. Hehehe.
Eh, out of topic nih.. tapi kalo di Islam, di Al-Quran, seringkali terjemahannya berkata ’sesungguhnya kami menciptakan kalian…’
Padahal ‘kan konon katanya Tuhan itu esa alias satu, tapi kenapa digunakan kata ‘kami’?
Hehe

#_pertanyaan tentang Mastermind tak akan pernah terjawab sampai kita mati. Bahkan, Richard Dawkins yang atheist vokal saja mengatakan bahwa kemungkinannya LEBIH CONDONG ke arah kesimpulan bahwa Tuhan itu tak ada.
makanya, saat ini peneliti di Inggris sedang menyelidiki apakah ada kehidupan setelah mati. caranya? search saja “The Big Question AND is there life after death” di youtube. dengan menemukan bukti bahwa ada (atau tidak) kehidupan setelah kematian, kita tahu apakah “jiwa yang gaib” itu ada. kalau “jiwa yang gaib” itu ada, maka Tuhan yang gaib pasti ada… kesimpulan “kecondongan” Dawkins akan makin dapat dipastikan. kita tunggu saja...  katanya dalam 3-4 tahun lagi, kita akan tahu jawabannya.

#_begitulah jawaban dari saya yang berpikir sederhana dan berdasarkan data. (ayo, Vendy, mending kapasitas otak kamu dipakai untuk membaca penelitian, daripada mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang juga ditanyakan semua orang) hehehehee

+_Wuii.. diskusinya menjadi seru, terutama mengenai master mind :)Mengenai keberadaan Tuhan atau Mastermind atau apapun cara penyebutan manusia terhadapNya saya rasa pada dasarnya memang kembali pada individu masing-masing. Akan tetapi saya rasa tidak ada salahnya untuk bertanya, supaya pada akhirnya keyakinan yang dihasilkan adalah keyakinan yang bertanggungjawab bukan berupa keyakinan yang buta

+_mengenai agama sebagai jawaban dari rasa takut atau pencarian makna hidup, klo dari saya pribadi lebih prefer untuk menyebutkannya dalam kerangka kepercayaan akan The Higher Power, sesuatu yang lebih besar dari kita, karena bagi saya agama cenderung lebih dekat pada ritual atau cara hidup sedangkan kepercayaan terhadap The Higher Power adalah sesuatu yang pada beberapa kasus dapat berdiri sendiri. Walaupun ini menjadi jawaban akan pencarian makna hidup bagi sebagian orang, Akan tetapi, bagi saya tiap orang sangat mungkin untuk menemukan jawaban yang berbeda atas makna hidupnya (dalam arti tidak hanya sekedar agama atau the higher power itu)

+_mengenai penggunaan kata “kami” dalam Al Quran, kebetulan saya pernah membaca salah satu referensi. “Kami” dipergunakan ketika Tuhan melakukan sesuatu bersama dengan salah satu ciptaannya, misalnya ketika menurunkan suatu perintah, Dia melakukannya dengan perantara malaikat Jibril. Begitu yang saya pernah baca..

@_Oh, begitu? Wah … ngerti deh saya sekarang. Makasih

%_Hmm…mff..... tp knpa pmbicaraan jd ngelantur gitu n bicara soal teori2 an sgla. pusink jg ikutin pmbicaraan itu.
%_Ada jg jenis ketakutan yg tdk bisa dijelaskn dg teori apapun. spt takut mati (klo mati akan kmana n bgmana). Bhkn pria dewasa pun byk yg takut sm kucing, bebek, ular dll…. goodness. n mrka bangga dg keadaan itu shgga tdk ambil tindakn utk mengatasi takut tsb. Itu saya sebut: manusia bodoh n hidupnya penuh dg sandiwara dlm sgala hal. bgtu pendapat saya teman2 :) piss..
@_Sebenernya ini bukan ngelantur. Ini kan berangkat dari apa yang dikemukakan penulis tentang teori Frankl. Kebetulan ada yang bertanya, ya dijelaskanlah berdasarkan teori - bukan common sense. Lalu komentator tanya lagi tentang eksistensialisme, ya kami fasilitasi agar pertanyaannya terpenuhi.

@_Namanya juga diskusi, komunikasi dua arah.




Er_:   "Akan tetapi saya rasa tidak ada salahnya untuk bertanya, supaya pada akhirnya keyakinan yang dihasilkan adalah keyakinan yang bertanggungjawab bukan berupa keyakinan yang buta”  
copy that! noted! good opinion

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer